.

Program Residensi Seni KOTA untuk Memperkuat Pertukaran Budaya antara Prancis, Indonesia, dan Timor-Leste

Institut Français d’Indonésie (IFI) dan Cité internationale des arts di Paris meluncurkan program untuk tahun 2025 untuk mendorong mobilitas seni dan memperkaya jaringan budaya antara Prancis, Indonesia, dan Timor-Leste. Program ini mencakup empat residensi seni, yaitu residensi selama tiga bulan, termasuk dua residensi silang yang memungkinkan pertukaran seniman dari ketiga negara tersebut.

Residensi di Prancis untuk Pemenang dari Indonesia dan Timor-Leste

Dua seniman Indonesia dan satu seniman Timor-Leste telah dipilih dari 94 pendaftar melalui komisi yang terdiri dari perwakilan IFI, Cité, Fundação Oriente (Timor-Leste), dan pakar seni Indonesia. Residensi ini akan berlangsung di Paris pada 3 Januari hingga 27 Maret 2025, menyediakan tempat tinggal sekaligus studio di kawasan Marais, serta dukungan finansial untuk transportasi, asuransi, dan visa melalui beasiswa Campus France.

Seniman terpilih 2025

  • Nuril Basri (Indonesia) – Penulis yang memenangkan penghargaan atas novelnya Le rat d’égout, yang mengeksplorasi tema identitas queer dan perjuangan sosial. Di Paris, ia akan melanjutkan penulisan sekuel novel tersebut dan untuk pertama kalinya bertemu dengan penerbit Prancis-nya.
  • Ika Yuliana (Indonesia) – Seniman, kurator, dan kritikus seni yang tergabung dalam kolektif seperti Ruang Rupa dan Jatiwangi Art Factory. Ia akan mengembangkan proyek Anthropology of Failures, sebuah proyek multidisiplin yang membahas isu keadilan sosial dan gentrifikasi.
  • Alfeo Sanchez Pereira (Timor-Leste) – Seniman visual multidisiplin yang berkomitmen mempromosikan identitas budaya negaranya. Alfeo telah berpartisipasi dalam acara internasional, termasuk Biennale di Venesia 2024.

Residensi Silang di Yogyakarta dan Dili

Program ini juga mencakup dua residensi silang, yang memungkinkan seniman Prancis untuk singgah di Yogyakarta (Indonesia) dan Dili (Timor-Leste), sementara seniman lokal dari masing-masing wilayah akan bergabung dengan Cité internationale des arts di Paris.

  • Di Yogyakarta, Dito Yuwono (Indonesia), seorang seniman dan direktur Cemeti, akan mengeksplorasi tema-tema seperti memori kolektif dan sejarah melalui instalasi audiovisual.
  • Di Dili, residensi ini memungkinkan seniman Timor-Leste dan seniman Prancis untuk berkolaborasi dengan dukungan dari Fundação Oriente.

Keberlanjutan dan Perluasan Pertukaran Budaya

Pendaftaran untuk seniman Prancis akan dibuka pada semester pertama tahun 2025. Program ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi internasional dan mempromosikan praktik seni kontemporer, dengan harapan dapat dilanjutkan bergantung pada pendanaan yang tersedia.
Melalui program residensi ini, IFI dan para mitranya menegaskan komitmen mereka untuk mendukung seniman-seniman muda sekaligus mendorong dialog lintas budaya antara Eropa dan Asia Tenggara.

Bagikan:

WhatsApp
Facebook
Twitter