Sungguh malam luar biasa sebagai penanda dimulainya program kebudayaan Institut Français (Institut Prancis) di Surabaya dalam rangka 70 tahun hubungan diplomasi antara Prancis dan Indonesia !
320 penonton bangkit berdiri di ballroom (Balai Adika) Hotel Majapahit yang megah dan tak ingin beranjak. Mereka memberikan tepuk tangan meriah kepada anggota kwintet Le Concert Impromptu, yang baru saja menyajikan pertunjukan musik nan menakjubkan. Sebuah perjalanan musikal selama 1,5 jam (yang seharusnya sekitar 1 jam dalam susunan acara) melintasi berbagai periode (romantik, neo klasik, impresionis, dan kontemporer), melewati berbagai abad (dari abad ke-17 sampai masa kini) dan menjelajah berbagai negara (Prancis, Italia, Kekaisaran Austro-Hungaria, dan Brasil).
Suatu momen penuh kebahagiaan untuk memulai perayaan seputar peringatan 70 tahun hubungan diplomasi antara Prancis dan Indonesia, yang juga dihadiri oleh Bapak Sinarto – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Bapak Dr. Ir. Januar Heryanto, MS, MBA – Ketua Utama Yayasan Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Petra (PPPK Petra, Bapak Mike Neuber – Direktur Wisma Jerman Surabaya, Bapak Chris Barnes – Konsul Jendral Australia, Edy Surohani – Konsul Kehormatan Filipina, dan Bapak Han Jayanata – Konsul Kehormatan Prancis.
Menempuh pendidikan di Lyon dan Jenewa, para anggota ensambel musik kamar ini sekarang tinggal di Ivry-sur-Seine. Mereka memainkan repertoar tanpa partitur dan berdiri di panggung, mengerahkan segenap kekuatan melalui instrumen tiup : Violaine Dufès (obo) dan Jean-Christophe Murer (klarinet) memancarkan kharisma dengan meniupkan nada-nada tinggi instrumen kayu, bersahutan dengan Pierre Fatus (bassoon) yang membawakan instrumen bernada berat dan kuat, Antonin Bonal (French horn) berdiri di tengah kelompok dengan instrumen tembaga yang mengeluarkan suara kuno, Yves Charpentier (flute) direktur artistik dan pendiri kelompok ini, menjadi pemandu mereka.
Cahaya di ballroom kemudian meredup dan para penonton menyaksikan scenografi unik karya sejumlah seniman dari WAFT LAB, dengan Helmi Hardian sebagai direktur artistik. Kelompok seniman ‘perakit’ jenius asal Surabaya ini bekerja selama 10 jam untuk memasang dan menyesuaikan penataan cahaya mereka dengan para musisi Prancis yang mereka sebut sebagai batik cahaya dan interaktif. Kolaborasi lintas seni ini memikat, dengan menyapukan pandangan mata ke langit-langit nan cantik, kita terbawa ke dalam momen kejayaan Hotel Majapahit yang pernah disinggahi Charlie Chaplin, Pangeran Léopold dari Belgia dan istrinya Putri Astrid dari Swedia. Sekarang, hotel yang menjadi tuan rumah dan partner penting dari penyelenggaraan konser ala Prancis ini, dikelola dengan baik oleh Alessandro Migliore, untuk grup Accor, yang masih menduduki peringkat 1 Eropa di bidang perhotelan.