15 November 2020 | 19.00 WIB
Zoom: http://bit.ly/FSP2020distribution
Distribusi film mengcau pada gagasan mengomunikasikan karya audiovisual kepada audiens dan pasar yang menyebarkannya. Di sektor ini, Indonesia adalah aktor yang sangat berkembang. Kenapa? Karena jumlah penduduknya yang besar, investasi yang dilakukan Pemerintah dan jaringan bioskop yang terus bertambah. Untuk tahun 2019 saja, ada 400 layar baru yang ditambahkan.
Pasar distribusi film juga ditandai dengan monopoli investor-investor asing, terutama Korea Selatan dan Jepang melalui grup CGV dan Cinema 21. Diikuti kemudian dengan dominasi blockbuster Amerika. Pada tahun 2019, mereka mengisi 69% dari pasar box office dibandingkan dengan film-film Indonesia yang hanya 30% saja.
Namun, sejak beberapa tahun belakangan, distributor dan bioskop independen mulai bermunculan. Di kemudian hari, kemunculan mereka dapat membuka pasar untuk produksi-produksi baru, baik film Indonesia maupun asing, seperti Prancis. Bahkan, pada tahun 2019 Indonesia telah menjadi pasar fim Prancis nomor satu di kawasan ASEAN dengan 333.758 admisi untuk 7 rilis film.
Dalam konteks ini, apakah perusahaan-perusahaan independen ini bisa menjadi mitra kerja perfilman Prancis? Seperti apakah realitas distribusi independen di Indonesia hari ini? Apa saja strategi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan distribusi tersebut dalam menghadapi pandemi? Apa saja harapan mereka terhadap film-film produksi Prancis?
Di sisi lain, apa saja upaya dari instansi-instansi Prancis terkait, seperti Unifrance dan CNC, untuk mendistribusikan film-filmnya di dalam negeri dan luar negeri pada umumnya, dan di Indonesia khususnya?
Diskusi ini bertujuan untuk memahami realitas distribusi independen di Indonesia dan mengurai proposisi apa saja yang mungkin ditawarkan untuk mengembangkan kehadiran film-film Prancis di bioskop-bioskop komersil di Indonesia.