Gratis
Tonton di: Situs IF Cinéma à la carte
Institut Français menawarkan 4 film bertema warisan budaya dan sejarah dari tanggal 10 Juli-10 Agustus. Film-film tersebut bisa ditonton secara streaming, gratis, dan tanpa pendaftaran di halaman IF Cinéma à la Carte.
Zazie dans le métro (1960), Sutradara: Louis Malle
PARIS. Zazie, 12 tahun, turun dari kereta bersama ibunya. Ia dititipkan pada pamannya, Gabriel, selama akhir pekan. Gadis kecil yang cerdik dan nakal ini hanya memiliki satu obesesi: naik metro! Tapi mogok kerja baru saja dimulai. Alhasil, seluruh gerbang stasiun metro ditutup. Gabriel sudah membayangkan akan mengajak keponakannya mengagumi monumen-monumen paling indah di Paris. Namun, segera ia menyadari bahwa akhir pekannya tidak akan mudah. Sang keponakan dengan senyum jahilnya akan membuat orang-orang di sekitarnya pontang-panting! Serangkaian petualangan seru silih berganti, demikian pula pertemuan-pertemuan gila di Paris yang sedang morat-marit!
Le silence de la mer (1949), Sutradara: Jean-Pierre Melville
Saat Perang Dunia ke-2, seorang perwira Jerman tinggal di rumah seorang lelaki tua dan keponakannya. Jatuh cinta pada Prancis dan budayanya, setiap malam sang perwira menemui mereka, mengajak mereka mengobrol mengenai pemikirannya. Namun, dalam diam yang absolut, para penduduk sebenarnya tidak menyukai keberadaannya. Film ini diadaptasi dari cerita pendek Vercors.
L’Assassin habite au 21 (1942), Sutradara: Henri-Georges Clouzot
Empat aksi kriminalitas terjadi di Montmartre. Seluruhnya bertanda “M. Durand”. Komisaris Polisi Wens memimpin penyelidikan dan menemukan sejumlah kartu nama dari Wisma “Les Mimosas”. Ia pun mendaftar untuk menginap di sana. Aksi kejahatan terus berlanjut. Percaya telah menemukan aktornya, Wens pun menginterogasi Linz yang mengaku sebagai pelakunya. Namun, di saat yang bersamaan, sebuah aksi kejahatan terjadi lagi. Film ini terinspirasi dari novel karya Stanislas-André Steeman.
Cabascabo (1969), Sutradara: Oumarou Ganda
Seorang penembak jitu Afrika dari pasukan ekspedisi Prancis di Indocina kembali ke negaranya, Niger. Kini, ia seorang sipil dan kaya raya. Dikelilingi banyak orang, kehadirannya dirayakan. Demikian murah hati, ia menghambur-hamburkan uangnya. Setelah habis, ia kemudian ditinggalkan oleh teman-temannya. Sebuah film cult bagi para sineas dan pengajar film Amerika. Sebuah tanggapan dari Oumarou Ganda terhadap film “Moi, un noir” karya sutradara Jean Rouch. Di film itu, Oumarou Ganda memerankan dirinya sendiri, seorang penembak jitu asal Senegal di kancah perang Indocina.