Mari bergabung bersama kami di Mediatek Institut français Yogyakarta pada acara Café littéraire frankofon hari Rabu, 19 Maret yang akan membahas novel “Beyrouth-sur-Seine” karya penulis Lebanon, Sabyl Ghoussoub ; “Vol à vif” karya penulis Madagaskar, Johary Ravaloson ; dan “Pedro Páramo” karya penulis Meksiko, Juan Rulfo.
Diskusi mengenai ketiga novel ini akan dibawakan dalam bahasa Indonesia oleh Ari Bagus Panuntun dan Arifah Arum Candra, dosen jurusan Bahasa dan Sastra Prancis UGM serta Victor Hugo Hidalgo, pemusik dari Meksiko.
Gratis tanpa pendaftaran.
Beyrouth-sur-Seine (Sabyl Ghoussoub)
Beyrouth-sur-Seine adalah karya reflektif yang bertema keluarga, migrasi, dan dampak abadi asal-usul seseorang. Narasi ini membahas kisah orang tua narator yang pindah dari Lebanon ke Paris namun tidak dapat kembali karena pecahnya perang saudara di tanah air mereka. Buku ini menyajikan kisah pedih tentang bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan kehidupan Paris yang asing, sementara saudara-saudara mereka di Lebanon dilanda cobaan perang. Saat konflik merasuki kehidupan mereka di Paris, ikatan keluarga dengan Lebanon bertransformasi, terutama melalui diskusi ekstensif di grup WhatsApp, mengubah tanah air menjadi titik pertemuan keluarga yang simbolis. Ditulis oleh Sabyl Ghoussoub dan dipuji karena gayanya yang tajam dan puitis dibumbui humor emosional, buku ini merupakan eksplorasi identitas dan ikatan kekeluargaan di tengah pengungsian.
Vol à vif (Johary Ravaloson)
Tradisi orang Baar di padang sabana Madagaskar menyatakan dengan tegas: seorang pemuda baru bisa meminang gadis idamannya bila berhasil membawakan sapi zebu curian dari kawanan lain untuk calon ayah mertuanya. Bagi masyarakat tradisional penggembala zebu, memang tak ada yang lebih berarti di dunia ini selain memiliki kawanan ternak dan membesarkannya. Maka, sekelompok pemuda berkomplot merencanakan pencurian zebu. Pengejaran oleh pasukan tentara membawa dampak yang tak terduga: pengkhianatan, tragedi yang menewaskan banyak anggota komplotan, dan menguak masa kecil salah seorang dari mereka, yang ternyata terhubung secara pelik dengan sejarah adat leluhur, ramalan-ramalan mistis tentang takdir, perubahan politik negeri menuju republik, korupsi negara baru, cinta terlarang, dan balas dendam.
Pedro Paramo (Juan Rulfo)
Bercerita tentang seorang pria bernama Juan Preciado yang mencari ayahnya, Pedro Páramo, di kota Comala. Juan Preciado melakukan perjalanan ini untuk memenuhi janji terakhirnya kepada ibunya.