Biennale Jawa Timur berusia lebih dari 15 tahun dan terus berinovasi. Untuk edisinya yang ke-9, menyatukan hampir 500 seniman dan menawarkan lebih dari 50 acara di seluruh kota di Jawa Timur. Penyelenggaraan yang terdesentralisasi dan mandiri, beradaptasi pada masa krisis, tetapi juga kuat dari sumber dayanya sendiri, seperti tema yang diangkat ‘Padhang Rembugan’ (‘Concordia’): Merefleksikan Menimbang Solidaritas, Merayakan Kolektivitas.
Sebagai mitra lama Biennale, l’Institut Français Indonesia bersama menyelenggarakan diskusi yang melibatkan seniman Prancis dan Indonesia tentang “Kemungkinan-Kemungkinan dalam Seni : Arsip, Riset Seni dan Kemungkinan – Kemungkinannya”. Sebuah refleksi terhadap produksi artistik, mulai dari arsip, interaksi antara pendekatan ilmiah dan pekerjaan artistik, dan posisi seniman dalam konstruksi memori.
Di antara 3 pembicara dari Prancis: pelukis Rudy Ayoun untuk karyanya di lembaga seni dan sains Prancis Casa de Velázquez – Spanyol, dengan pemaparan bersama dari juru arsip Maela Le Péron, seniman asal Mozambik Euridice Zaituna Kala untuk karyanya di Villa Wassilieff “Je suis l’archive” (« Saya adalah arsip »), dan Frédéric Vincent, seniman dan salah satu kurator pameran “Miracle” musim gugur ini di Paris, yang menggabungkan objek seniman dan objek penelitian dengan tema ‘ex-voto’.
Presentasi dari para seniman ini akan bertemu dengan kreasi seniman kontemporer Indonesia yang ditampilkan ruang IFI Surabaya.
Kamis, 2 Desember 2021, di IFI Surabaya, pukul 15.00 – 16.30. Acara di IFI hanya untuk undangan terbatas.Untuk melihat langsung secara online: Youtube Jatim Biennale