Harapan besar perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat kerjasama ilmiah dengan Prancis.
Apa yang tersisa dari kerja sama ilmiah Prancis-Indonesia setelah masa pandemi yang panjang ini? Keinginan sepuluh kali lipat untuk mengembangkan kerjasama dan memulai kolaborasi yang ambisius. Hal ini terlihat dari kunjungan Thierry GOUBIER, Atase Kerja Sama Sains & Teknologi baru untuk Indonesia, dalam kunjungannya ke beberapa universitas utama dan lembaga penelitian di Jawa Timur.
Bagi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Prancis adalah mitra utama, seperti yang diutarakan oleh Bapak Rektor Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Hampir 20% pengajar-penelitinya merupakan lulusan Prancis. Pertukaran ini tidak pernah terputus; Sebanyak 14 mahasiswa bidang Teknik dari ITS berangkat menempuh studi ke Prancis semester ini. Harapan untuk tahun 2022 adalah agar dapat memobilisasi pendanaan untuk meningkatkan angka ini secara signifikan. Kelebihan ITS dalam hal inovasi dan R&D (Riset & Pengembangan) juga menjadikan ITS sebagai aktor utama yang istimewa untuk kerjasama terintegrasi di tingkat Eropa. Kunjungan ke Laboratorium Mekanika Batuan dan Tanah, Pusat Teknologi Informasi dan Robotika, serta Pusat Inovasi Kelautan, semakin menegaskan peluang tersebut.
Bagi Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi dan Informasi Universitas Airlangga, Bapak M. Miftahussurur, dr., M.Kes., Sp.PD-KGEH., Ph.D., hubungan dengan Prancis bersifat “strategis”. Diinisiasi pada awal tahun 2011, kerjasama dengan Prancis masih perlu dikembangkan, khususnya di bidang ilmu Humaniora, terutama untuk kebutuhan baru : bidang hukum dan hubungan internasional. UNAIR diakui keunggulannya di bidang kesehatan : pertama kali mengidentifikasi varian Delta dan Omicron di Indonesia dan kini mengembangkan vaksin pertama Indonesia untuk melawan Covid, yang sedang dalam tahapan uji klinis. UNAIR juga memiliki 5 rumah sakit terafiliasi, ditambah satu rumah sakit kapal, yang bekerja sama dengan penduduk di pulau-pulau terpencil. Oleh karena itu, ada potensi yang besar untuk kerjasama dengan Prancis di bidang kesehatan dan praktik rumah sakit.
Proyek kerjasama baru juga akan diluncurkan dengan Universitas Brawijaya, satu-satunya universitas di Jawa Timur yang menawarkan gelar sarjana jurusan Bahasa dan Budaya Prancis. Universitas ini juga menjadi pusat ujian bahasa Prancis DELF-DALF tahun ini. Delegasi IFI juga bertukar pikiran dengan Wakil Rektor bidang Perencanaan & Kerjasama Prof. Dr. Ir. M. Sasmito Djati, MS., IPU dengan tujuan untuk mengembangkan mobilitas mahasiswa ke Prancis, termasuk untuk fakultas Pertanian, Kedokteran, Ilmu Komputer serta Ekonomi dan Bisnis. Dengan 70.000 mahasiswa, Universitas Brawijaya merupakan salah satu institusi terbesar di tingkat nasional dan telah mendidik mahasiswa dari seluruh wilayah Indonesia. Ini adalah lingkungan yang ideal untuk penyebaran dan pertukaran bahasa dan budaya Prancis.