.

Kerja Sama Prancis-Indonesia Melawan Polusi Plastik, Menuju Masa Depan yang Lebih Berkelanjutan dengan OceanKita

Pengurangan polusi plastik dan pengelolaan sampah masih menjadi tantangan lingkungan yang besar bagi Prancis dan Indonesia. Guna menghadapi masalah yang mendesak ini, sebuah inisiatif Prancis-Indonesia dibentuk untuk memberikan solusi-solusi yang berkelanjutan. OceanKita, perusahaan sosial yang didukung oleh para mitra Prancis, aktor lokal dan otoritas Indonesia, menjadi salah satu kolaborasi yang paling dikenal dalam bidang ini.

Inisiatif lokal untuk Dampak Global: Proyek “Seribu Biru”

Sebagai bagian dari upayanya dalam mengurangi sampah plastik di laut, OceanKita, cabang dari perusahaan sosial Indonesia Sustanea yang didirikan oleh Nicolas Bernier dari Prancis, telah meluncurkan proyek “Seribu Biru”, didanai oleh bank Prancis, BNP Paribas Asset Management.

Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk membersihkan pantai dan perairan pesisir Untung Jawa, salah satu pulau di Kepulauan Seribu di dekat Jakarta, sekaligus untuk meningkatkan kesadaran di antara penduduk, pelajar, dan wisatawan tentang perlunya mengurangi sampah laut. Penelitian lapangan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekosistem lokal, tetapi juga untuk membangun kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Pada tanggal 21 September 2024, OceanKita mengambil langkah lebih jauh dengan mengadakan aksi bersih-bersih Pantai Sakura dan penanaman mangrove di pulau tersebut, bekerja sama dengan TKN PSL (Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Sampah Laut).

Acara ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan yang berperan aktif, di antaranya para sukarelawan dari masyarakat setempat, anggota TKN PSL, OceanKita, dan Kantor Kerja Sama Sains dan Teknologi Kedutaan Besar Prancis di Indonesia – IFI. Perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) turut hadir dan menunjukkan dukungan resmi untuk inisiatif ini, yakni Iwan Nirawandi (Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan), Arief Adriansyah dan Sardi (Direktorat Pengurangan Sampah).

TKN PSL mengambil kesempatan ini untuk menegaskan kembali target nasional yang ambisius untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia sebesar 70% pada tahun 2025. Mereka pun menunjukkan bahwa sebagian besar sampah yang ditemukan di Pulau Untung Jawa berasal dari daerah lain, yang diangkut oleh arus laut karena lokasinya berdekatan dengan Pulau Jawa, Provinsi Jakarta dan Banten. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam aksi tersebut, OceanKita dan mitranya telah berhasil menciptakan dinamika positif, yang didukung oleh pemerintah, untuk memperbaiki kondisi pantai. Kolaborasi ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan peningkatan daya tarik wisata di pulau tersebut, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

 

Membersihkan Sungai Ciliwung: Kerja Sama Internasional untuk Aksi Lokal

Upaya jangka panjang ini bukanlah upaya yang berdiri sendiri. Pada tanggal 14 Maret, Hari Aksi Internasional untuk Sungai dirayakan melalui sebuah kegiatan bersama Kedutaan Besar Prancis di Indonesia dan beberapa organisasi lokal. Untuk memperingati hari tersebut, sebuah kampanye pengumpulan sampah plastik diadakan di Sungai Ciliwung, di selatan Jakarta.

Diselenggarakan oleh Kantor Kerja Sama Sains dan Teknologi (CST) Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, bekerja sama dengan OceanKita dan Sahabat Sungai Indonesia (SSI), kegiatan ini diikuti oleh para perwakilan dari Institut français d’Indonésie dan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta para sukarelawan. Mereka menyusuri Sungai Ciliwung dan mengumpulkan total 66 kg sampah plastik, yang terdiri atas botol, kemasan plastik, sepatu, styrofoam, dan lain-lain.

Walau diwarnai dengan kenyataan pahit tentang sungai yang dipenuhi sampah, komitmen para anggota SSI dan tim OceanKita mampu mengubah suasana. Meskipun hanya simbolis, aksi ini berhasil membersihkan satu bagian sungai, menyoroti pentingnya kerja kolaboratif di berbagai tingkatan dan komitmen bersama untuk memulihkan ekosistem sungai di Indonesia.

Peringatan Hari Aksi Internasional untuk Sungai ini menyoroti kerja sama yang bermanfaat antara Prancis dan Indonesia. Program pendanaan “Science et Impact” dari Kedutaan Besar Prancis, yang diwakili oleh para pemenang penghargaan seperti David Rapidel dari ReCleanSea-O5 Marine dan Nicolas Bernier dari OceanKita-Sustenea, berkolaborasi dengan Reza Cordova dari BRIN dan timnya, termasuk Deny Yogaswara yang juga hadir dalam acara ini, menunjukkan manfaat nyata dari penelitian ilmiah dalam kerja sama bilateral.

Sungai Ciliwung, yang membentang sepanjang 120 km dari Bogor ke Jakarta, mengalir di wilayah berpenduduk sekitar 280.000 orang dan menghasilkan sekitar 190 ton sampah setiap harinya, termasuk 49 ton plastik. Setiap harinya, sekitar 3,4 ton sampah berakhir di sungai. Degradasi sungai, dengan tepiannya yang dipenuhi sampah, menunjukkan kebutuhan mendesak untuk bertindak dan pentingnya memobilisasi sumber daya nasional dan internasional untuk mendukung upaya lokal. OceanKita, dengan dukungan bersama dari Indonesia dan Prancis, membantu mengubah persepsi masyarakat tentang polusi plastik dan mendorong aksi lokal.

 

Tantangan Polusi Plastik di Indonesia

Indonesia menyadari tantangan besar yang dihadapi dalam hal pengelolaan sampah dan berupaya mencari solusi yang berkelanjutan. Melalui Indonesia National Plastic Action Partnership (RAN) yang diperkenalkan pada tahun 2017, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik hingga 30% dan kebocoran plastik di laut hingga 70% pada tahun 2025. Meskipun sudah ada beberapa upaya, dengan waktu satu tahun yang tersisa, target ini masih ambisius. Sungai Ciliwung adalah ilustrasi yang sempurna untuk masalah ini.

Menurut data dari National Plastic Action Partnership (NPAP) tahun 2017, Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahun. Sebanyak 61% di antaranya tidak terkumpul, sehingga menyebabkan polusi yang signifikan melalui kebocoran ke laut dan pembakaran sampah. Statistik menunjukkan bahwa 620.000 ton plastik berakhir di lautan setiap tahunnya. OceanKita menunjukkan bahwa angka-angka ini tidak banyak berubah sejak tahun 2017, menggarisbawahi besarnya tantangan yang dihadapi.

 

Mikroplastik: Ancaman Tak Kasat Mata bagi Ekosistem

Mikroplastik, pecahan plastik berukuran kurang dari 5 mm, merupakan ancaman berbahaya bagi ekosistem perairan dan kesehatan manusia, ancaman yang menjadi perhatian OceanKita. Mikroplastik berasal dari penguraian sampah plastik yang lebih besar, serta dari produk industri dan barang konsumsi seperti kosmetik dan pakaian sintetis. Partikel-partikel ini sekarang ada di mana-mana, di sungai, lautan, bahkan di udara yang kita hirup. Di Indonesia, mikroplastik tidak hanya terdeteksi di sungai seperti Sungai Ciliwung, tetapi juga pada organisme spesies air, mencemari seluruh rantai makanan.

Dampak mikroplastik terhadap fauna air sangat buruk, di antaranya tertelan oleh ikan dan burung, gangguan fungsi reproduksi, serta akumulasi racun dalam organisme. Bagi manusia, mikroplastik masih belum banyak dipahami, namun berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang serius, termasuk gangguan hormon dan efek pada sistem kekebalan tubuh.

Keberadaan mikroplastik yang ditemukan di sebagian besar wilayah perairan pesisir dan sungai di Indonesia menjadi bukti bahwa polusi plastik masih terus terjadi, dan juga perlunya penelitian ilmiah kolaboratif untuk menghasilkan solusi yang inovatif.

 

Kolaborasi yang Membuahkan Hasil dengan Otoritas Lokal dan Nasional

Aksi-aksi lokal yang dilakukan oleh OceanKita, termasuk kolaborasi dengan asosiasi Sahabat Sungai Indonesia (SSI), didukung oleh otoritas lokal seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Pariwisata.

SSI bekerja sama dengan DLH Kota Depok, yang membimbing dan melatih para anggota dan sukarelawan organisasi ini untuk meningkatkan efektivitas dan dampaknya. Mereka juga bekerja sama dalam rangka program “Green to School” untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan anak muda.

Di samping itu, SSI juga bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Depok untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran akan konservasi alam di kalangan wisatawan. Dinas Pariwisata mendukung kegiatan arung jeram di Ciliwung dengan menyediakan kendaraan dan pemandu.

Singkatnya, kolaborasi antara SSI dan lembaga pemerintah setempat meningkatkan efektivitas kegiatan pembersihan dan pelestarian sungai, serta membuat masyarakat setempat lebih terlibat dalam pelestarian lingkungan.

 

Sebuah Visi Bersama untuk Masa Depan

Kesimpulannya, upaya bersama OceanKita, Kedutaan Besar Prancis dan pemerintah daerah menunjukkan bahwa perjuangan melawan polusi plastik membutuhkan mobilisasi kolektif, baik secara lokal maupun internasional. Inisiatif yang dilakukan di Pulau Untung Jawa dan Sungai Ciliwung menggambarkan kesediaan masyarakat lokal untuk menjadi agen perubahan, berkat dorongan yang diberikan oleh kemitraan Prancis-Indonesia dan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah.

Aksi lokal dan dukungan internasional ini memberikan solusi nyata dan menunjukkan bahwa kerja sama Prancis-Indonesia memiliki potensi untuk menjadi teladan dalam memerangi polusi plastik di Asia Tenggara. Dengan melanjutkan langkah ini, Prancis dan Indonesia bersama-sama berkontribusi pada masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi planet ini dan generasi mendatang.

Bagikan:

WhatsApp
Facebook
Twitter