.

CINEFUTURE dalam Festival Sinema Prancis 2024 Bandung

23 November 2024 - 1 Desember 2024

Program Studi Film dan Televisi UPI dengan bangga menghadirkan Program kurasi film yang berkolaborasi dengan Institut Français Indonesia dalam rangka Festival Sinema Prancis 2024 dengan tema “Layered Realities: Sinema dalam Perspektif”.

Program ini bertujuan untuk menggali dan memperkenalkan berbagai sudut pandang terhadap realitas kehidupan melalui medium sinema, dengan menampilkan karya-karya yang tidak hanya menggambarkan kehidupan dari perspektif yang beragam—baik itu dalam ranah ekonomi, sosial, hingga pendidikan—tetapi juga merayakan kompleksitas realitas yang tercipta melalui film.

Fokus utama program ini adalah menggali peran perempuan dalam sinema, baik di belakang layar maupun di depan layar, yang berkontribusi membentuk dan memperkaya diskursus sosial, dengan menyentuh tema ketangguhan, dinamika gender, dan ketidaksetaraan yang dihadapi oleh perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Selain itu, program ini juga memberi penghormatan pada kolaborasi ikonik antara sinema Prancis dan Romy Schneider, sebagai simbol dari dampak besar yang ditinggalkan oleh sinema dalam mempengaruhi persepsi sosial. Dalam upaya untuk membuka wawasan baru, program ini ingin memperkenalkan film sebagai medium yang mampu merepresentasikan, mendistorsi, dan membentuk pandangan kita tentang dunia, serta menjadi ruang reflektif bagi penonton untuk merenung, menganalisis, dan berempati terhadap kondisi sosial yang ada.

“Layered Realities: Sinema dalam Perspektif” merupakan ruang yang merayakan keberagaman narasi dalam sinema, sekaligus memberikan ruang bagi film untuk terus berkembang, merespon, dan beradaptasi dengan dinamika sosial yang terus berubah.

 

Jadwal Pemutaran CINEFUTURE dalam Festival Sinema Prancis 2024 Bandung

Hari/ Tanggal Pukul Judul Film Ket
23 November 2024 14.50 – 15.30 Kepada Syair-Syair Itu Tertuju (31’’) 

Dir. Irfa Adinia

Fiksi
24 November 2024 14.50 – 15.30 A Story of Becoming Teen (6”)

Dir. Vania Qanita Damayanti

Whomen (13”)

Dir. Anggun Cahya Adriani

 

More than words (4”)

Dir. M.Syawal Relifiandi

Animasi
25 November 2024 14.50 – 15.30 Realita Merajut Asa (20”)

Dir.Rasyiqa Athaya Kuswara

Indung (15”)

Dir. Dimas Fawaid

Dokumenter
26 November 2024 14.50 – 15.30 Dongeng Si Anak Yang Bermimpi Menjadi Peri (15”) Dir.  Gaesang Divo

Babiat Sitelpang (19”) 

Dir. Asrizal Hasibuan

Fiksi
27 November 2024 14.50 – 15.30 Project Adam (7”)

Dir. Argya Mahardika

Hunger (8”)

Dir. Hasna Hanafi Rustam

The neutral (4”)

Dir. Lutfiana Azizah

Animasi
28 November 2024 14.50 – 15.30 Dari Mata Perempuan Tua (28”)

Dir. Naurah Kamilya

Dokumenter
29 November 2024 14.50 – 15.30 Buih Berdarah, Bunga yang Berduka (24”) 

Dir. Syahwa Arafa

Fiksi
30 November 2024 14.50 – 15.30 Ney’s book (6”)

Dir. M. Syawal Reflifiandi

Kutukan Pikiran Yang Membelenggu (10”)

Dir. Rendi Al Farizki

Bandung 2045: A Story From the South (8”)

Dir. Dava Gibran

Animasi
1 Desember 2024 14.50 – 15.30 Dualisme Diri (27”)

Dir. Salahudin Al-Ayubi

Dokumenter

—————————————————————-

Imajinasi dalam Sinema : Makna Realitas Wanita (Kurasi Film Fiksi )

Programmer ; Made Virgie 

Tim Kurasi ; Rizky Zulfanny, Alpin De’a Sakti, Irfa Adinia, Angelica Gracia 

 

Sinema muncul dalam upaya merekam realitas manusia. Dengan menggunakan lensa yang diperuntukan sebagai kacamata pria memandang wanita, bagaimana perempuan akhirnya dapat bersiasat dalam menarasikan realitasnya? Dalam dunia yang terus-menerus memfasilitasi pandangan terhadap wanita, hal ini menjadi tantangan dalam upaya wanita menceritakan kisahnya. Dunia fiksi menjadi salah satu yang dipilih para wanita dalam membangun imajinasi atas dunianya masing-masing, 

Dalam perkembangannya, sinema menjadi ruang eksplorasi narasi-narasi realitas, dari masa ekspresionisme, france new wave, hingga third world cinema. Para filmmaker terus menerjemahkan kembali realitas mereka masing-masing untuk dapat dirasakan orang-orang. Begitu pula dengan para filmmaker wanita yang mencoba mengupayakan realitas hidupnya dinarasikan untuk dijahit pada sinema, dalam upaya membangun perspektif baru. Namun bagaimana jika Pria mencoba menarasikan wanita pada filmnya? Seperti pada film Gesang Divo Abora yang berjudul “Dongeng Si Anak Yang Bermimpi Menjadi Peri”, dalam filmnya ia mencoba membangkitkan imajinasi pada seorang anak perempuan yang dinarasikan oleh seorang narator pria, film ini mencoba lepas dari batasan-batasan sinema, dengan karakter yang melepaskan dirinya dari realitas yang dibangun pada sebuah film, realitas dan imajinasi seakan menjadi hal yang terus bergulir bersamaan pada karya ini. Berbeda dengan Gesang, Asrizal Hasibuan dalam film “Babiat Sitelpang” mencoba membangkitkan realitas seorang anak laki-laki dari pemburu di tanah Sumatera, lensa yang sangat maskulin bahkan tampak dalam film ini, namun uniknya dalam naskah yang dibuat tidak ada ibu yang hadir dalam keluarga tersebut yang bisa dimaknai pada disfungsional keluarga yang membuat kehidupan tokoh menjadi sangat maskulin, perspektif wanita namun hadir dibalik layar sebagai penulis naskah, seakan tokoh-tokoh maskulin ini dibesarkan atas imajinasi wanita di balik layar dan diterjemahkan dalam layar ini sendiri sebagai sinema. 

Selain membicarakan perihal imajinasi yang dibangkitkan di dalam maupun di balik layar, beberapa filmmaker lainnya justru hadir untuk membicarakan realitas terhadap hubungan wanita, seperti pada karya Syahwa Arafa pada Film “Buih Berdarah, Bunga yang Berduka” , ia membicarakan trauma seorang wanita terhadap pria yang hadir dalam kehidupan wanita itu sendiri, di dalamnya ia juga membalut narasi tersebut dengan realitas hubungan sepasang sahabat wanita dalam menyembuhkan trauma lama nya masing-masing. Berbicara perihal trauma terhadap realitas yang dialami wanita, Irfa Adinia pada film “Kepada Syair-Syair Itu Tertuju” juga membicarakan hal serupa, namun ia mencoba mengaitkannya kembali pada sejarah pada masa itu ketika peristiwa pembunuhan kelompok PKI dilakukan sebagai propaganda dan pembungkaman terhadap rezim pada masa itu. Dimana pada isu pembungkaman dan pembantaian ini sering kali kita luput terhadap sudut pandang seseorang yang ditinggalkan begitu saja tanpa kabar kerabatnya yang ‘dihilangkan’, ia memutar kembali memori-memori traumatis dan kelam yang dialami subjeknya pada masa itu, dengan menggunakan sudut pandang wanita. 

Keempat film ini, memberikan perspektif beragam dalam menterjemahkan perspektif wanita dalam karya nya masing-masing, Dimana berkaitan pula dengan bagaimana Sinema Prancis berupaya memberikan perspektif-perspektif dengan eksplorasi dinamika gender terhadap tantangan dan perluasan makna memandang suatu individu terhadap realitas dunia di masa lalu, kini, dan nanti.

Kepada Syair-Syair Itu Tertuju

|31 menit | 2024 | Fiksi

Dir. Irfa Adinia

Radian dan Ajeng hidup dalam kemiskinan, di bawah masa pemerintahan yang membatasi kebebasan, namun rasa cinta terhadap satu sama lain saling menguatkan. Saat Radian hidup berpindah-pindah tempat karena dirinya yang menjadi buronan, Ajeng selalu setia menunggu kepulangannya. Hingga pada akhirnya, di malam Radian kembali ke pelukannya, Ajeng harus menyaksikan kembali kepergian Radian, yang ternyata kepergian itu menjadi perpisahan
terakhirnya hingga saat ini. Ajeng masih berusaha untuk tetap hidup dengan harapan bahwa suatu saat suaminya akan pulang, sambil terus berjuang melawan bayang-bayang peristiwa tragis di masa-masa rezim otoriter yang menjadi traumanya.

Dongeng Si Anak yang Bermimpi Menjadi Peri

| 15 menit | 2024 | Fiksi

Dir. Gesang Divo

Shopie seorang anak desa yang tinggal bersama ibunya, desa ini mengalami kejadian aneh setiap tiga tahun sekali. Sebagian orang di desa mempercayai kejadian ini sebagai kejadian yang buruk, sebagian lagi tidak, termasuk Shopie. Saat orang-orang takut kejadian itu akan terjadi, Shopie melihat dua cahaya putih melesat diatas langit, Shopie kemudian pergi mengejar cahaya putih itu dan tidak sengaja melihat seorang peri dengan gaun putih, mahkota kayu dan
tak lupa sayap dipunggungnya. Kejadian itu membuat Shopie memutuskan untuk menjadi seorang peri dengan pakaian yang ia buat sendiri.

Babiat Sitelpang

| 19 menit |  2024 | Fiksi

Dir. Asrizal Hasibuan

Wandi (12) seorang anak tunawicara, bermain dengan dunianya sendiri, untuk mengatasi rasa sepi. Namun ia sering dijadikan bahan ejekan dan rundungan oleh teman-teman seusia nya. Terhipnosis oleh ayahnya yang membuat jeratan, Wandi mencoba membuat hal tersebut untuk membalas dendam. Dan setelah wandi berhasil menjerat salah satu temannya yang merundung, hal itu membawa konflik eksternal yaitu ayah nya dan internal untuk dirinya sendiri.

Buih Berdarah, Bunga yang Berduka

| 24 menit | 2024 | Fiksi

Dir. Syahwa Arafa

Sepasang sahabat yang memiliki latar belakang serupa yaitu trauma
kepada laki-laki di masa lalu. Mereka melanjutkan hidup bersama untuk
membalaskan dendamnya dengan melakukan aksi pembunuhan. Namun,
seiring berjalannya waktu semua yang mereka bangun runtuh ketika memiliki perbedaan tujuan. Salah satunya mulai obesesi dan terjadilah tragedi pembunuhan diantara mereka.

 


 

Perspektif Perempuan: Minilik Keterlibatan Perempuan dalam Proses Berkarya (Kurasi Film Animasi)

Programmer ; Sindi Suci Lestari 

Tim Kurasi ; Anggun Cahya Adriani, Taufiq Hidayatullah, Mahatma Sanca Deva Setiawan, Zamzam Nurzaman

Terciptanya sebuah karya mustahil tanpa melibatkan tangan-tangan yang mahir di bidangnya, dalam kasus ini produksi film. Dalam sinema, menciptakan realitas kehidupan ke dalam sebuah gambar bergerak memerlukan berbagai sudut pandang dari segi teknis, narasi, dan visual. Bagaimana akhirnya realitas tersebut memiliki landasan yang kuat untuk mendukung narasi yang diangkat. Menyoroti peran perempuan dalam proses berkarya, tak hanya andil dari segi tenaga fisik, tetap perempuan juga andil dari segi intelektual atau gagasan, maupun pemeran utama dari narasi.

Terlepas dari andilnya perempuan dalam penciptaan karya film, namun tak sedikit pula yang memutuskan untuk tidak melibatkan Perempuan ke dalam proses berkarya, seperti pada film animasi berjudul “Adam Project” dari Argya Mahardika. Di dalamnya, tidak ada peran Perempuan yang dilibatkan karena keputusan pencipta. Hal ini justru dapat menjadi pertanyaan bagaimana pada beberapa karya, Perempuan tidak dilibatkan. Kemudian, film berjudul “WhoMen” oleh Anggun Cahya Adriani yang menjadikan Perempuan sebagai peran utama, baik dari segi produksi yang didominasi oleh Perempuan, maupun dari segi narasi yang difokuskan pada Perempuan. Lantas seyogyanya bagaimana hal ini dapat menjadi bahan diskusi yang menarik bagaimana Perempuan bisa mendominasi narasi dan juga diasingkan dari narasi.

Terdapat 9 film animasi yang memiliki narasi keterlibatan Perempuan dalam proses karyanya. Masing-masing menempatkan peran perempuan dengan berbagai perspektif dan Keputusan beragam. Narasi mengenai perempuan yang terlibat dalam lingkup sinema memang kerap menjadi bahan diskusi yang menarik, maka dari itu, melalui program Sinema Perancis, 8 karya film animasi yang akan ditampilkan dapat memberikan sudut pandang dan bahan diskusi baru mengenai peran perempuan dalam dunia sinema.

 

A Story of Becoming Teen

| 6 menit |  2023 | Animasi

Dir. Vania Qanita Damayanti

Syahla (12) tells about her distress when she experienced her first 

menstruation and the stigma from the people around her. 

WhoMen

| 13 menit | 2024 | Animasi

Dir. Anggun Cahya

Rini (19) yang berasal dari kota Solo, baru saja merantau untuk sekolah ke jenjang lebih tinggi. Ia telalu ramah dengan orang disekitarnya yang membuat dirinya terseret dalam intaian laki-laki misterius yang haus akan nafsu. Akankah Rini bisa terlepas dari intaian misterius tersebut?

More Then Word

| 4 menit | 2023 | Animasi

Dir. M.Syawal Relifiandi

Kehidupan Ephy dulunya memiliki ambisi, namun dengan seiring  berjalannya waktu, Ephy menjalani hidup dengan berulang kali melakukan hal yang sama terus menerus. Hingga akhirnya Ephy menyadari bahwa tujuannya hanyalah ambisi yang sia sia. Melihat temannya yang justru lebih baik darinya, Ephy justru menerima bahwa ambisinya harus diberikan kepada mereka yang lebih baik daripada Ephy. Dengan penerimaan akan hal itu, Ephy mendapatkan hadiah berupa kehampaan yang menenangkan, tidak ada ambisi yang menekan Ephy. Dan dari situ, Ephy hanya dapat merebahkan tubuhnya yang rapuh atas ambisinya sendiri

Project Adam

| 7 menit | 2023 | Animasi

Dir. Argya Mahardika

Tentang kemauan manusia untuk bertahan hidup, untuk hidup dan  bereproduksi. Manusia beradaptasi dengan kondisi ekstrem dengan upaya  untuk mentransfer kesadaran ke dalam tubuh baru  yang dapat bertahan terhadap kondisi dan iklim ekstrem yang melanda bumi.

Hunger

| 8 menit | 2023 | Animasi

Dir. Hasna Hanafi Rustam

Disiksa baik secara fisik maupun mental oleh suaminya, Tina pun kemudian terpaksa bertahan hidup di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Samirukti. Naasnya,  tempat tinggal barunya itu malah menjadi pemicu berbagai masalah baru. Akankah Tina tetap waras terlepas dari semua itu?

The Neutral

| 4 menit | 2023 | Animasi

Dir. Lutfiana Azizah

Suara kicauan burung bersahutan, hembusan angin yang damai, anak-anak berlari kesana kemari di padang rumput dengan senangnya, mengagumi betapa indahnya hidup yang kamu punya, namun tiba-tiba suara bom yang menggantikan suara burung bersahutan, meledak dimana-mana. Apa yang akan kau lakukan? tetap diam?

Ney’s Book | 6 menit | 2023 | Animasi

Dir. M. Syawal Reflifiandi

Seorang anak nelayan yang kaya, duduk di bangku SMP kelas akhir. Baru merasakan apa yang namanyajatuh cinta, namun ayahnya yang menganggap bahwa anaknya terlalu muda untuk merasakan hal tersebut. Yang akhirnya cerita ini hanya menjadi kenangan saat nanti mereka dewasa.

Kutukan Pikiran Yang Membelenggu

| 10 menit | 2024 | Animasi

Dir. Rendi Al Farizki

Terisolasi dalam kesepian, Kiran mendambakan sebuah hubungan yang hangat. Namun, kecemasan dan pikiran berlebih menjadi sebuah kutukan yang mengakar di dalam kepalanya. Sekarang, ia melangkahkan kaki keluar mencari sebuah pelukan hangat yang terasa nyata atau malah hancur dirinya, terbujur kaku, sendiri dalam kedinginan yang abadi.

Bandung 2045: A Story From the South

| 8 menit | 2023 | Animasi

Dir. Dava Gibran

Berlatar beberapa tahun setelah air bah besar di kota selatan. Tsabit dan adiknya hidup bersama Ayah setelah kematian Ibu, Adik yang kerap mempertanyakan kemana perginya Ibu dibuat percaya bahwa Ibu sudah pergi dengan damai di bulan. Rasa penasaran Adik memaksa Tsabit untuk menghibur adiknya dengan membuat Roket buatan untuk pergi ke bulan, akankah Tsabit dapat mengabulkan permintaan adiknya?


 

Perempuan : Menghidupi Hidup (Kurasi Film Dokumenter)
Programmer ; Anisah Rizki
Tim Kurasi ; Dimas Fawaid, Keyzha Irfan, Fikri Al Murtaky, Kartika Meilani

Perempuan adalah kekuatan yang sering tersembunyi di balik kesederhanaan, namun menggerakkan roda kehidupan dengan ketangguhan yang mengagumkan. Ketangguhan menjadi kunci mereka untuk bertahan. Perempuan tak hanya menjadi pemberi dukungan, tetapi juga penyelamat yang dengan kekuatan dan kelembutannya merajut harapan di tengah gejolak-gejolak kehidupan. Program ini mengungkap realitas “Perempuan” dari lensa kehidupan masyarakat menengah ke bawah dalam proses hidup dan menghidupi. Melalui kisah-kisah penuh empati dan kepekaan sosial, film-film ini menunjukkan bahwa kekuatan perempuan menjadi fondasi penting dalam menghadapi keterbatasan dari berbagai sisi, baik pendidikan maupun ekonomi. Makna dan dinamika hubungan digali untuk membentuk realitas kehidupan. 

Realita Merajut Cita, Indung, dan Dari Mata Perempuan Tua menjadi jendela yang membuka realita tantangan yang harus Perempuan hadapi senyata-nyatanya. Ketiga film ini seakan-akan memiliki keterikatan satu sama lain mengenai perjuangan perempuan yang ditilik dari 3 lapisan, yaitu anak-anak, dewasa, dan lansia. Sejatinya, Perempuan akan melahirkan keturunan untuk keluarga dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, hingga akhirnya akan menua, memasuki usia senja dengan segala keterbatasan. Anak-anak sudah seharusnya memiliki hak untuk mengenyam pendidikan demi masa depan yang cerah. Seperti hal nya yang dilakukan oleh Ibu Desi dalam Realita Merajut Cita. Dengan lantang, Ibu Desi menyalurkan kekuatannya dalam memperjuangkan hak anak-anak dalam memperoleh pendidikan walau di tengah gemerlapnya kehidupan malam. Tidak lain dan tidak bukan agar mereka menyongsong masa depan yang jauh lebih layak. Sebelum itu, perempuan juga “menghidupi” anak yang keluar dari tubuhnya setelah mengandung 9 bulan. Kerasnya ekonomi dan keterbatasan pemahaman membuat sebagian dari mereka memilih “Paraji”. Dari Mata Perempuan Tua turut menyadarkan bahwa masa tua akan datang dan menjadi bentuk refleksi kehidupan di masa muda. Namun “Dualisme Diri” memberikan perspektif lain dalam memaknai perjuangan itu. Film ini merupakan bukti bahwa menjadi seolah-olah “Perempuan” telah membangun kekuatan baginya untuk menanggung jawabi nyawa keluarganya agar bisa tetap hidup. Setiap film menjadi cermin yang memperlihatkan betapa perempuan mampu beradaptasi dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya. 

Dengan menggugah rasa empati dan refleksi, program ini menunjukkan bahwa perempuan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah memiliki kekuatan yang begitu besar dan fundamental dalam proses hidup dan menghidupi. 

Indung

| 15 menit |  2024 | Dokumenter

Dir. Dimas Muhammad Fawaid

Di beberapa kampung di desa Tamanjaya Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat, Paraji masih dipercaya oleh masyarakat kampung dalam membantu kehamilan dan persalinan mereka. Tetapi dengan zaman yang kian berubah, posisi paraji makin hari kian diganti oleh bidan. Mang Dedi dan Bi Aas sang istri akan menghadapi persalinan anak kedua mereka, di satu sisi mereka
menginginkan proses persalinan yang aman dan selamat tetapi di sisi lain mereka tidak mempunyai biaya untuk melakukan persalinan dengan jasa Bidan. Selain itu proses setelah persalinan pula masih
membutuhkan biaya seperti tradisi aqiqah, 7 harian dan tradisi lainnya. Di tempat lain, Mang Ridwan dan Teh Asri yang sudah dari lama menginginkan seorang buah hati kemudian memutuskan untuk mencari bantuan di paraji setelah apa yang Mang Ridwan dan Istri lakukan di bidan belum berhasil
juga.

Realita Merajut Cita

| 20 menit | 2024 | Dokumenter

Dir. Rasyiqa Athaya Kuswara

Film dokumenter ini menggambarkan inspiratif Yayasan Sekolah Belajar Merah Putih di Cilincing, Jakarta Utara. Dalam menghadapi kompleksitas tantangan, Bunda Dessy dan staf sekolahnya berjuang untuk mempertahankan eksistensi sekolah non formal ini. Dari stigma masyarakat hingga penolakan pemerintah, film ini menyoroti perjuangan mereka dan dampak positif Sekolah Merah Putih bagi anak-anak yang membutuhkan hak nya dalam pendidikan.

Dari Mata Perempuan Tua

| 28 menit | 2023 | Dokumenter

Dir. Naurah Kamilya

Menceritakan mengenai isu Family Social yang mengangkat subjek tentang panti jompo Muhammadiyah yang ada di Gedebage kota Bandung, Topik yang diangkat karena panti tersebut merupakan lembaga santunan bagi para lansia. Panti tersebut juga kekurangan donatur dan disana terdapat 27 lansia yang dimana 5 lansia di asramakan dan lainnya tinggal di rumah bersama keluarganya. Keadaan di panti cukup layak namun, kebutuhan mereka pas
– pasan terutama yang di luar asrama. untuk lansia yang di luar asrama kehidupannya bergantung dengan sumbangan dari panti jompo sedangkan yang di asrama terdapat pengasuh khususnya. Kehidupan lansia panti tersebut cukup beragam ceritanya, ada yang memang dititipkan dan ada juga yang dibuang oleh keluarganya. ada yang hidupnya sangat terjamin namun banyak pula yang kekurangan.

Dualisme Diri

| 27 menit | 2023 | Dokumenter

Dir. Salahudin Al-Ayubi

Dani, Seorang pria yang berprofesi sebagai “pengamen Waria” demi menghidupi istri dan kedua anaknya. Selama menjadi waria ia merubah penampilan dan kepribadiannya, seakan akan ada sosok lain yang memasuki tubuhnya. 10 Tahun sudah ia menjalani profesi nya, berawal dari Kabaret untuk memerankan sosok Inul menjadi titik awal ia merasa memiliki jiwa penghibur hingga di suatu hari ia membutuhkan uang untuk membayar SPP sekolah nya, ia akhirnya mencoba untuk mengamen dengan perannya menjadi inul. Seiring berjalan nya waktu ia terus melakukan pekerjaan nya tersebut hingga panggung ke panggung, namun pertentangan akan selalu ada banyak pertentangan dimulai dari Waria lain hingga mertua nya sendiri. Meskipun begitu dani tetap lah seorang Pria yang berjuang mencari nafkah untuk keluarga nya.


Bagikan:

WhatsApp
Facebook
Twitter