.

IPB University dan Kedubes Perancis Gelar 2nd International Fire Conference: Sinergi Global Atasi Karhutla

Pada 12 Agustus 2024, Kedutaan Besar Prancis di Indonesia bekerja sama dengan IPB University menyelenggarakan Konferensi Internasional tentang Kebakaran Hutan yang kedua. Konferensi ini diadakan untuk menunjukkan komitmen berbagai pihak dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Konferensi ini diadakan di IPB University dan diikuti oleh berbagai delegasi lokal maupun internasional, yaitu Malaysia, Prancis, Brunei Darussalam, Korea Selatan dan Thailand.

Narasumber Prancis untuk konferensi ini, Prof. Christelle Hely dari Institut des Sciences de L`Evolution-Montpellier (ISME) Université de Montpellier sangat antusias terhadap acara ini dan sangat mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dia berharap pemerintah Prancis melalui Kedubes Prancis di Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan melalui kerja sama ini, untuk mengatasi karhutla yang merupakan salah satu sumber emisi terbesar. Pemerintah Prancis siap berbagi pengalaman dan teknologi yang dibutuhkan dalam mengelola karhutla yang telah berhasil diterapkan di Eropa.

“Salah satu hasil kerja sama Prancis dan IPB yang sudah diterapkan, yaitu Ruang Rainforests and Peatlands Fires Centre of Excellence yang merupakan training centre pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara, yang dilengkapi dengan fire simulator. Alat tersebut berguna untuk melatih ahli dan tim pemadam karhutla dalam strategi dan teknik pemadaman di Indonesia,” ujarnya.

Sebagai tuan rumah penyelenggara konferensi, Prof. Iskandar Siregar, Wakil Rektor IPB bidang Konektivitas Global, Kerja Sama dan Alumni ; menyampaikan, “Kebakaran hutan mempengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari kesehatan masyarakat hingga kerusakan ekosistem. Maka dari itu, konferensi dan juga penanganan terkait kebakaran hutan sangat penting dilakukan.”

Ketua pelaksana konferensi, Dr Ati Dwi Nurhayati, menyebutkan pentingnya forum ini untuk wadah diskusi dan berbagi pengalaman antar negara mengenai penanganan karhutla. “Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat internasional sangat penting untuk permasalahan ini”, sambungnya.

Sementara itu, dari segi pemerintah Indonesia, Laksmi Dhewanthi, selaku Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, mengatakan bahwa pemerintah telah meningkatkan kapasitas petugas di lapangan melalui pelatihan dan pendidikan serta menggunakan teknologi pemantauan kebakaran hutan yang lebih canggih.

“Berbagai pihak telah dilibatkan untuk menanggulangi masalah ini, baik dari pemerintah pusat maupun daerah, NGO serta pihak swasta. Pemerintah melibatkan beberapa badan nasional, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), para akademisi serta masyarakat peduli api,” ujarnya.

Pakar IPB, Prof. Bambang Hero, yang juga menjabat sebagai Direktur Regional Fire Management Resource Southeast Asia (RFMRC-SEA), juga sepakat dengan pernyataan tersebut. “Kerja sama yang telah terbangun di antara berbagai pihak ini perlu diteruskan dan ditingkatkan untuk dapat mengatasi tuntas permasalahan karhutla,” pungkasnya.

Bagikan:

WhatsApp
Facebook
Twitter