Agus Koecink : Dedikasi pada Seni Berbuah Apresiasi Istimewa Pemerintah Prancis
Agus « Koecink » Soekamto, pada Jumat, 3 Desember 2021, menerima medali kehormatan dari Pemerintah Prancis « Chevalier dans l’Ordre des Arts et des Lettres » (« Ksatria dalam bidang Seni dan Kesusastraan »). Ini merupakan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan Prancis (yang saat ini dipimpin oleh Menteri Roselyne Bachelot-Narquin).
Medali disematkan langsung di Surabaya (di kantor Konsulat Kehormatan Prancis) oleh perwakilan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, yaitu Bapak Stéphane Dovert, yang merupakan Konselor Kerjasama Kebudayaan, yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Institut Français di Indonesia.
Medali kehormatan ini menjadi bukti komitmen Agus Koecink, seniman – pengajar – penulis – kurator pameran, selama lebih dari sepuluh tahun dalam mendukung pertukaran budaya dan seni antara Indonesia dan Prancis. Pada tahun 2010, seniman kelahiran Tulunggagung tahun 1967 yang menetap di Surabaya ini, terpilih untuk berpartisipasi dalam program « Mobilitas untuk para pelaku/aktor budaya Indonesia » ke Prancis. Sejak itulah kolaborasi dengan Prancis akan berlangsung selama bertahun-tahun.
Pada saat residensi di kota Rouen selama satu bulan, tepatnya di Museum Sejarah Alam Rouen (Muséum d’histoire naturelle de Rouen) yang dipimpin Sébastien Minchin selaku direktur, aktivitas kesenian Agus mendapat perhatian. Ia pun diberi kepercayaan untuk merancang desain ruang Asia di museum tersebut, untuk koleksi etnografi dari Asia. Museum Rouen pun mengundang seniman kontemporer asal Indonesia tersebut untuk berkolaborasi, menampilkan koleksi etnografi, memadukannya dengan rancangan karya artistik kontemporer sang seniman, dengan dukungan seniman Jenny Lee, pasangannya, yang juga seorang seniman.
Museum Rouen membuat ‘Galeri Benua-Benua’, ruangan dengan koleksi asal masing-masing benua. Menampilkan koleksi dari benua Asia, inilah tugas yang dikerjakan oleh Agus dan Jenny. Mereka berdua diberi kebebasan penuh untuk memilih koleksi museum yang belum pernah ditampilkan sebelumnya, dari latar belakang kekayaan etnografis, objek-objek yang akan disajikan, Mereka bersama mengerjakan teks presentasi, merancang skenografi.
“Salle d’Asie”/ “Ruang Asia” diresmikan pada Oktober 2014, selain dihadiri undangan dari museum, juga dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Prancis dan tentunya hadir Agus Koecink dan Jenny Lee. Berkat karya Agus Koecink, objek-objek etnografi asal benua Asia menemukan suaranya lagi dan berdialog dengan koleksi dari benua lain dan berjumpa dengan publik. Melalui berbagai lokakarya selama residensi, Agus mengenalkan seni Indonesia di Prancis.
Sejak kembali dari residensi di Prancis, Agus Koecink telah menggelar beberapa kali pameran karya bertema Prancis, di antaranya: “Oleh-Oleh dari Prancis” (2010), “Paris et moi” (2012), “Rouen je t’aime” (2014) bersama Jenny Lee, dengan dukungan pusat kebudayaan Prancis, CCCL/IFI Surabaya.
Menurut Stephane Dovert, kiprah aktif Agus Koecink dalam kesenian menjadikannya aktor penting dalam dialog artistik antara Indonesia dan Prancis.
Penghargaan « Chevalier dans l’Ordre des Arts et des Lettres »
Setelah Perang Dunia II, kepresidenan Jenderal Charles de Gaulle berfokus pada promosi kebudayaan. André Malraux, seorang penulis besar dan pejuang perlawanan Prancis, menjadi menteri Prancis pertama yang khusus menangani bidang kebudayaan.
Pada tahun 1957, ia menggagas « Chevalier dans l’Ordre des Arts et des Lettres » / “Ksatria bidang Seni dan Sastra untuk memberi penghargaan kepada “orang-orang istimewa dengan karya mereka di bidang seni atau sastra atau dengan kontribusi yang mereka berikan pada pengaruh seni dan sastra di Prancis dan di dunia. Medali Seni dan Sastra adalah lencana kehormatan yang diberikan oleh Menteri Kebudayaan Prancis.