Biennale Jogja (BJ) adalah biennale internasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan diorganisasi oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY). Pertama kali diadakan 1988, tahun ini adalah penyelenggaraan ke-16. Mulai 2011, YBY meluncurkan proyek Biennale Jogja Seri Khatulistiwa yang berfokus pada kawasan khatulistiwa.
YBY mengasumsikan ekuator sebagai perspektif baru yang sekaligus juga membuka diri untuk melakukan konfrontasi atas ‘kemapanan’ ataupun konvensi atas even sejenis. Ekuator adalah titik berangkat dan platform bersama untuk membaca kembali dunia. Dalam setiap penyelenggaraannya, Biennale Jogja Equator bekerja sama dengan satu atau lebih negara atau kawasan di sekitar ekuator.
Biennale Jogja Ekuator bersama IFI Yogyakarta mengkurasi dua seniman asal Kaledonia baru :
Nicolas Molé
Nicolas Molé (lahir 1975 di Perancis) seorang seniman keturunan Kanak yang saat ini aktif berkarya di Noumea, Kaledonia Baru. Meskipun lahir di Perancis, Molé secara proaktif melakukan eksplorasi kebudayaan Kanak sejak kepulangannya kembali ke tanah nenek moyangnya.
Karya Molé banyak bekerja dengan media drawing, animasi dan video untuk merespon lewat objek alam dan kebudayaan Kaledonia Baru, selain itu karya-karyanya juga memiliki kecenderungan performatif yang dekat dengan kebudayaan melanesia. Molé sudah berpameran di QAGOMA (Queensland Art Gallery & Gallery of Modern Art) dalam rangkaian Asia Pacific Triennial ke-8 pada tahun 2015-2016, beberapa pameran solo, serta melakukan residensi di Kaohsiung Museum of Modern Art, Taiwan tahun 2014.
Antoine Pecquet
Antoine Pecquet (lahir 1964 di Paris, Perancis) seniman diaspora Perancis yang tinggal di Noumea,New Caledonia sejak tahun 2012. Awal mula pertemuannya dengan seni adalah lewat ayahnya yang bekerja di Musée du Louvre dan suka mengajak Antoine ke pameran di galeri dan museum. Ia juga banyak membaca koleksi artbook dan katalog ayahnya. Di umur 20-an ia sempat berusaha belajar filosofi dengan menjadi asisten untuk beberapa seniman dan fotografer seperti Sophie Calle, Yves Oppenheim, David Seidner dan Jean-Jacques Castres. Selain itu ia juga sempat bekerja sebagai jurnalis.
Tahun 2000 mulai membuat karya visual menggunakan Photoshop, menurutnya karya digital punya potensi eksplorasi tidak terhingga seperti produksi musik elektronik: lewat proses samping, filtering dan mixing dapat menjadi sebuah kreasi baru. Dari segi wacana karya-karyanya banyak mengangkat kompleksitas hubungan poskolonial antara orang kulit putih dan masyarakat adat serta prasangka-prasangka canggung yang memperkeruh keadaan hari ini.